On The News

Sempat Turun, Pasar Properti Diprediksi Takeoff di 2016

Jakarta -Tahun 2015, bisa dibilang sebagai tahun tersulit bagi sektor properti karena lesunya ekonomi Indonesia. Penjualan atau pasar properti mengalami perlambatan.
 
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda optimistis, kondisi pasar properti 2016 jauh lebih baik karena berbagai faktor. Selain itu, perlambatan termasuk perbaikan kondisi ini bagian dari siklus alami pasar property.
 
Ia mencatat dengan melihat pergerakan rupiah terhadap dolar AS yang terus menguat disertai dengan pembangunan infrastruktur yang segera akan menggerakan sektor riil yang akan meningkatkan  daya beli, maka tanda-tanda  perbaikan hanya menunggu waktu.
 
"Pasar properti dalam kondisi pasar menunggu tidak terlalu lama lagi untuk memasuki percepatan di pertengahan 2016. Jadi tidak benar bila ada yang mengatakan pasar properti sedang mengalami crash. Property dalam kondisi takeoff position." kata Ali dikutip dari situs resminya, Minggu (11/10/2015)
Ali mengatakan yang terjadi tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, termasuk proyeksi 2016 bagian  dari siklus alami pasar properti,  artinya ada masanya pasar lesu, lalu ada saatnya pasar kembali naik
 
Ia mengatakan booming properti  yang ter jadi tahun 2013 Ieiah di perkirakan sebelumnya, menyusul pergerakan pasar properti di tahun 2009 yang menunjukkan tanda-tanda percepatan pasar.
 
“Pertumbuhan pasar perumahan di periode  2010 sampai 2012 sungguh  luar biasa dengan kenaikan nilai KPR mencapai 120% lebih dalam 2 tahun, belum lagi dihitung dengan pembelian perumahan  secara cash dan bertahap. Peningkatan ini memperlihatkan bagaimana peningkatan  penjualan juga di barengi  dengan  peningkatan  harga  jual yang signifikan. Tren perumahan ini juga tidak berbeda jauh dengan pasar properti secara umum di Indonesia,” jelas Ali.
 
Setelah booming selama beberapa tahun, kemudian  dilanjutkan dengan  kondisi pasar yang mulai  jenuh dengan sendirinya  dan itu terjadi pada tahun 2013 yang terus menurun sampai tahun 2015.
 
“Artinya tanpa ada pelemahan  ekonomi pun, pasar properti dengan  sendirinya  memasuki tahap jenuh karena harga sudah terlalu tinggi melewati batas psikologis investor properti dan jumlah pasar pun semakin menyusut,”  katanya.
 
Menurutnya kondisi pasar properti dengan  pasar lokal relatif tidak berdampak langsung dengan kondisi krisis global. Penurunan iklim investasi regional tidak secara langsung memengaruhi pasar properti Indonesia  yang berbeda  dengan  negara-negara yang dibuka kepemilikan asing sehingga  pasar sangat tergantung dari pelemahan daya beli global.
 
Ia mengatakan kondisi saat ini khususnya saat properti booming di periode  2013, memperlihatkan bahwa kredit properti masih di kisaran 15% dari total kredit dengan inflasi dan suku bunga  yang relatif masih rendah disertai dengan  pertumbuhan KPR yang cukup  tinggi. Kondisi ini memberikan gambaran pergerakan pasar yang normal
 
“Artinya siklus perlambatan yang terjadi saat ini lebih merupakan siklus properti alamiah." Katanya.

Penulis : Suhendra - Detikfinance
Written by: BUSDEV Date: Kamis, 26 November 2015 04:54 WIB